Dalam setiap jiwa anak, terdapat potensi fitrah yang Allah titipkan sejak ia dilahirkan. Fitrah iman, fitrah belajar, fitrah kasih sayang, dan fitrah kepemimpinan adalah karunia yang menunggu untuk ditumbuhkan melalui lingkungan terdekatnya: keluarga. Di sinilah peran Ayah dan Bunda menjadi sangat penting—bukan sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tapi membangun kelekatan emosional yang menjadi fondasi utama dalam tumbuh kembang anak.
Kelekatan emosional (emotional bonding) adalah hubungan batin yang hangat, aman, dan penuh penerimaan antara anak dan orang tuanya. Di usia awal sekolah, terutama kelas 1–2 SD, anak berada dalam fase eksplorasi sosial, membentuk identitas diri, dan mulai menginternalisasi nilai. Saat inilah ia paling membutuhkan rujukan emosi yang stabil, figur yang bisa dipeluk dan menjadi tempat pulang paling aman: *Ayah dan Bunda*.
“Anak adalah amanah, titipan dari Sang Maha. Ia tak pernah membutuhkan orang tua yang sempurna, cukup konsisten hadir dengan setia." — Rita Anggorowati
Menurut pendekatan Fitrah-Based Education (FBE), anak tidak sekadar dibentuk, tapi ditumbuhkan. Orang tua bertugas menyiram dan menyinari fitrah anak dengan cinta, bimbingan, dan teladan. Kelekatan emosional menjadi media subur bagi fitrah-fitrah ini untuk tumbuh.
Allah SWT berfirman:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu." (QS. Ar-Rum: 30)
Dalam pendekatan Neuro-Linguistic Programming (NLP), dikenalkan prinsip bahwa “The map is not the territory”—setiap anak memiliki peta dunianya sendiri. Maka, orang tua yang ingin membimbing anak perlu masuk ke dalam dunia anak, bukan memaksakan dunianya. NLP mengajarkan empati, komunikasi sadar, dan afirmasi positif sebagai alat memperkuat kelekatan.
Empat Pilar Kelekatan Emosional
- Kehadiran Penuh (Mindful Presence): hadir secara utuh, tanpa distraksi gadget atau urusan lain.
- Koneksi Hati (Heart-to-Heart): membangun ikatan emosional melalui empati dan mendengarkan.
- Sentuhan dan Pelukan Bermakna: membangkitkan hormon cinta (oksitosin) dan rasa aman.
- Doa dan Spiritualitas Harian: menghadirkan Allah dalam aktivitas keluarga.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Ciumlah anak-anakmu, karena bagimu setiap satu ciuman akan dibalas satu derajat di surga." (HR. Ibnu Hibban)
Peran ayah dan bunda pun unik dan saling melengkapi. Ayah adalah peneguh arah dan identitas, mewakili jalalullah (kebesaran Allah) dalam pengasuhan. Bunda adalah tempat nyaman dan cinta, mewakili jamalullah (keindahan Allah). Ketika keduanya hadir selaras, anak tumbuh kuat dan penuh kasih.
”Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahrim: 6)
Menjadi orang tua bukan soal kesempurnaan, tapi tentang kehadiran, kesabaran, dan konsistensi cinta. Karena di balik setiap anak yang bahagia, ada pelukan dan doa yang tak pernah lelah dari orang tuanya.
Referensi:
- Bandler, R., & Grinder, J. (1979). Frogs into Princess: Neuro Linguistic Programming. Moab, UT: Real People Press.
- Chapman, G. (1997). The 5 Love Languages of Children. Chicago, IL: Northfield Publishing.
- Fauzil Adhim, M. (2017). Fitrah Based Education. Yogyakarta: Pro-U Media.
- Ala’uddin Ali bin Balban Al Farisi. (n.d.). Shahih Ibnu Hibban. Jakarta: Pustaka Azzam.
- Kementerian Agama RI. (2019). Al-Qur'an dan terjemahannya. Jakarta: Lajnah
- Pentashihan Mushaf Al-Qur'an.
Ditulis oleh: Rita Anggorowati, Co-Founder ICEI.